Dalam hati begitu sakit, ketika temanmu memalingkan muka saat kau berjalan di depannya. seolah kau adalah musuh terbesar dalam hidupnya.
Dalam hati begitu sakit, ketika temanmu tak acuhkan saat kau ajak dia bicara. seolah kau adalah boneka yang sekedar bisa bicara.
Jauh dalam hati.., hanya ada satu ikatan setelah ikatan seorang ibu dan anak yang tak akan pernah putus, yaitu ikatan persahabatan. sejauh apapun kita ingin melepasnya, tak akan pernah rela hati mencampakkannya.
Persahabatan membuat manusia memilih bertahan pada rasa yang tak pernah usai. tak seperti para pujangga cinta yang bisa dengan mudah bilang putus dan berlalu pergi. Karena persahabatan mengajarkan, sahabat tak akan pernah benar-benar meninggalkan. dia akan selalu menunggu kawannya kembali. seperti ibu yang akan selalu menunggu anaknya pulang dan mengajaknya kembali bermain dan bersenda gurau dengan ceritanya.
Tak ada yang menjauh dan tak akan ada yang pergi dan tak akan pernah ada yang ditinggalkan, karena semua sama-sama berharap dan ingin terus bersama.
Kawan, kita menari dalam ruang yang sama, tapi mengapa engkau enggan menyambut tanganku dan biarkan diri kita menari bersama.
Dan kawan, kita sudah nyanyikan lagu ini begitu lama. Kalau aku lupa liriknya, ingatkanlah, biar kita bisa terus bisa menyanyikannya lagu ini selamanya.
Setiap langkah adalah jiwa... setiap jiwa adalah nyanyian...dan setiap nyanyian adalah hidup... semaraklah senandung kebahagiaan dalam hati... menjemput hari yang datang dengan berbagai hikmah... berbagi dalam langkah-langkah kecilku
19 Desember, 2012
24 November, 2012
Jalan Ilmu
“Ini adalah jalanku, jalan yang
telah kupilih dan dipilihkan Allah untukku”
Membiarkan
pensil mengisi bulatan lingkaran di kertas formulir SPMB itu bukan 100% atas
keinginan saya. Tapi tak pernah saya menyangka dia akan mengantarkan saya cukup jauh. saya telah sampai sejauh ini.
Masih
ingat ketika hari-hari pertama memasuki kuliah, bahkan pertanyaan ini masih saja saya dapatkan pada saat siklus terakhir di coass, “Masuk FK atas keinginan sendiri
atau karena orang tua?”. Sering kali saya mendengar sebagian teman-teman menjawab dengan mudah dan tegas
“atas keinginan sendiri”. Dengan kata lain mereka akan menjalani kehidupan
kuliah dengan penuh keikhlasan, perjuangan, dan tanggung jawab nantinya.
Beruntung sekali mereka pikirku, menjalani sebuah pilihan yang nyata akan
keinginannya sendiri. Namun sebagian lain menjawab dengan nada setengah
bersemangat karena pilihan ini ataginan orang tua mereka. Tetapi
lain halnya dengan saya. saya tak menemukan jawaban yang bisa saya pilih karena
memang tak ada optionnya disana sehingga saya lebih sering memilih diam ketika ditanya.
Menjadi seorang dokter bukan keinginan saya. Hari-hari saya lewati dengan
membayangkan akan kuliah di ITB. Namun semua mimpi nyatanya kemudian harus saya lipat dan simpan jauh-jauh. saya tidak diizinkan sama sekali untuk kuliah di
luar Padang. Semangat pun
menghilang bersama bayangan dan harapan-harapan tentang ITB. Buku catatan hanya sekedar dilihat tanpa mencoba membaca tuk belajar. Untung saja Allah segera menyadarkan sikap saya yang
bodoh. saya pun kembali kepada kesadaran penuh. Masih ada harapan pastinya. Berharap tiba-tiba orang tua saya akan mengizinkan saya kuliah disana, dengan demikian
berarti saya harus tetap belajar tentunya. Apapun yang akan dipilih nanti,
nilainya harus baik sehingga saya bisa memilih jurusan apapun nanti. Ya,,intinya adalah belajar. Walaupun
akhirnya bujuk dan rayu yang saya keluarkan kali ini sama sekali tidak berhasil.
Jadi
jelas jurusan pendidikan dokter ini bukanlah atas keinginanku. Lalu, apakah dokter itu adalah
keinginan orang tuaku, seperti kebanyakan orang tua yang menuntut anaknya untuk kuliah di
kedokteran sebagai prestise dan sejenisnya? Jawabannya juga bukan. Baik mama
ataupun papa serta orang lain tidak pernah mengintervensi tentang bagaimana aku
harus belajar, di jurusan apa aku harus kuliah nanti dan apa profesi yang akan
ku jalani. Mereka memberikan aku kebebasan. Bahkan aku sama sekali tidak pernah
melihat orang tua ku masuk ke kamar untuk menanyakan apakah aku sudah belajar.
Mereka sangat mempercayai anak-anaknya sepertinya. Walau sekali-kali ataupun
berulang-ulang kali waktu di kamar aku habiskan dengan hal-hal lain yang tidak ada hubungannya
secara langsung dengan akademik.
Bagi
anak seusiaku ini cukup menggalaukan. Akhirnya beberapa bisikkan teman-teman
mengarahkan aku. “pilih FK Unand saja, Insyaallah bisa lulus, untuk belajar dan ilmu selama ini”. Akhirnya lewat
istikharah aku memutuskan memilih FK Unand dan Farmasi Unand sebagai pilihan pertama dan kedua. Ini bukan
keinginanku ataupun keinginan orang tua ku. Ini
adalah jalan yang diberikan Allah kepadaku. Pilihan ini pun adalah atas
kehendak dan izin Allah. Alhamdulillah aku pun lulus di FK Unand. Aku yakin bahwa inilah yang terbaik. Boleh jadi kita tidak menyukai sesuatu padahal itu baik untuk kita.
Realnya ini
bukan paksaan siapa-siapa. Aku masih iri dengan teman-teman yang lulus di ITB
ataupun Universitas lain di luar sana. Masih berharap seandainya-seandainya.
Namun bukan saatnya mengandaikan segala sesuatu. Banyak angan hanya akan membuatmu larut dan melupakan tanggung jawab yang
harus kamu lakukan. Kini aku seorang mahasiswa yang tengah duduk menuntut
ilmu di fakultas kedokteran. Ini kini adalah jalanku, walaupun bukan jalan
pertama yang kupilih. Tapi apakah sebagai orang yang berpendidikan, diajarkan
agama, aku harus merelakan diriku berbalik arah dari jalan yang sudah
tertempuh. Menyia-nyiakan waktu untuk bermalas-malasan, atau bersikap
membangkang karena berada pada tempat yang tidak ku sukai. Bukan saatnya. Ini
adalah saatnya berjuang untuk melakukan yang terbaik. Point of no return... tidak ada kata lain selain terus maju. Tidak ada pilihan mundur pada saat mengambil pilihan.
Aku
akan menjadi seorang dokter yang mempunyai tanggung jawab besar. Pekerjaan ku
berhadapan dengan manusia bukan benda mati. Orang tua hanya berharap anaknya
menjadi anak yang sukses, dapat dibanggakannya. Tak banyak pinta mereka selain
melihat anaknya berada pada garis kesuksesan yang telah mereka usahakan dengan
kerja keras mereka. Tentu saja bagi orang yang menjalani pendidikan belajar
adalah salah satu caranya. Belajarlah..karena karenanya kita tahu, kemudian
mengamalkannya, dan bisa mengajarkannya.
Pre
klinik selesai. Saatnya memasuki dunia coass. “welcome to the jungle” begitu sambutan untuk kami yang baru saja tersenyum
dengan keberhasilan kami menamatkan pre klinik, mengganti baju dengan seragam
putih-putih khas coass Unand. Dunia pun berbeda. Katanya di coass lah, bagi
mereka yang benar-benar memilih dokter dengan keinginannya akan sukses
menjalaninya karena mereka menyenanginya, ikhlas. Namun bagi yang terpaksa maka
ini akan semakin berat. Lalu bagimana lagi dengan posisi ku? Ini bukan
keinginanku dan bukan pula suatu keterpaksaan. Apakah aku akan menjadi manusia
pertengahan yang tak punya jawaban??
Aku
kemudian mencoba dan menikmati segala sisi kehidupan coass yang kutemukan.
Walaupun di siklus pertama aku hampir saja membayangkan kesuraman masa depan.
Aku nyaris menyerah, tak akan bisa menembus 13 siklus ini dengan baik.
Harapanku perlahan-lahan akan habis sebelum sampai di penghujung jalan. Ada istilah "sisiak" di dunia percoassan. sebuah istilah yang sejak awal sudah aku dan beberapa temanku tidak mau meyakininya. salah-salah dia bisa menjadi perbuatan sirik. Namun aku sempat berpikir, jika kita belajar waktu di pre klinik, kita bisa memperkirakan
berapa nilai yang akan kita dapatkan di akhir blok nanti. tapi di coass semua
nilai itu seperti tertutup awan gelap, sulit kali memprediksikan setiap kejadiannya. sehingga istilah "sisiak" itu pun muncul. jika kita beruntung, kita akan
mendapatkan nilai yang baik, jika sisiak
buruk, maka kita harus bersiap menerima kenyataan harus mengulang walaupun secara
kenyataan ego kita berkata tidaklah seharusnya seperti itu. Namun pernyataan itu akhirnya aku
patahkan sendiri karena tidak sepenuhnya benar. Tetap man jadda wa jada, siapa yang bersungguh-sungguh dia akan
mendapatkan.
Sudah
mau jadi dokter. Jalanpun masih dipersimpangan. Setelah jadi dokter mau jadi
apa? Hidup tak ada habis-habisnya untuk memilih. PPDS, akademisi, atau struktural,
atau malah beralih profesi? Kalau ditanyakan kepadaku, mau jadi spesialis
apa, maka aku belum punya jawaban yang pasti.
Beberapa faktor cukup menjadi pertimbangan bagi kami para kaum wanita. Namun
yang pasti, alasan ku memilih jalan menjadi spesialis, melanjutkan kuliah, dan
pendidikan lainnya hanyalah untuk mendapatkan dan mendalami ilmunya sehingga menjadi
insan yang lebih bermanfaat. Jalan ini
kami pilih agar menjadi orang yang berilmu yang semoga Allah akan meninggikan
derajat orang-orang yang berilmu. Dan semoga ilmu ini bermanfaat sehingga bisa
menjadi amal jariyah kami kelak.
Aku
tak akan membiarkan diri kembali dengan memorinya yang mendiktekan bahwa ini
bukan jalan yang ku pilih. Hingga tak akan lagi ada pikiran bermalas-malasan
atau asal-asalan dengan amanah. Karena terlalu sia-sia waktu yang aku habisi.
Dan apapun pilihan kita nantinya, jadilah yang terbaik atasnya. Karena itulah
jalan yang telah kita pilih dan dipilihkan oleh Allah untuk kita InsyaAllah.
Tinggal bagaimana kita melakukan perjalanan dengan jalan tersebut. Bermanfaat
bagi diri sendiri dan orang lain, keluarga, masyarakat, bangsa, dan yang
terpenting untuk Islam. Karena tujuan kita tetap ridho Allah SWT.
Fase mencari ilmu adalah fase yang sangat sulit dan berat. Simpul-simpul kesabaran akan terputus sebelum meraihnya. Tekad baja manusia akan pecah dihadapannya. Yang berhasil melewatinya hanyalah orang-orang besar lagi berjiwa pahlawan, dari kalangan penggila ilmu, yang dapat merasakan kelezatannya dan yang bertekad bulat meraihnya, walaupun demi hal itu ia harus menghadapi berbagai rintangan.
Wallahu’alam.
Surat untuk guru
Kami tidak terlahir dari rahim mu
Kami juga tidak terlahir dengan
membawa genetik mu
Kami hanya dititipkan dari tahun ke
tahun oleh Bapak dan Ibu kami
Tapi tahukah Bapak dan Ibu guru,
tangan-tanganmu telah ikut membesarkan kami
Teruntuk Bapak dan Ibu
guru kami…
Wajah
lelah dan cemas tak jarang menyelimutimu. Selepas menghadapi kenakalan kami,
selalu saja ada kata maaf yang kau sisipkan. Bahkan di sela selang waktu mu kau
masih saja memikirkan bagaimana kami bisa menggapai cita.
Jika ada yang bertanya,
siapa pemilik jiwa yang sabar itu, maka
kau adalah jawabnya.
Kami
datang hanya dengan modal membaca dan berhitung pas-pasan, dan kaulah si sabar
yang mengajarkan kami, mulai saat kami terbata-bata. Bahkan lelah mu baru bisa
hilang ketika kami bisa melakukannya dengan baik.
Jika ada yang bertanya,
siapa pemilik jiwa yang tangguh itu, siapa pemilik jiwa yang tulus itu, maka
kau adalah jawabnya.
Ketika seribu tanda
tanya mengisi benak kami, ketika kebingungan menghampiri jalan kami, engkau
menemani kami menemukan jawabnya.
Jika
ada yang bertanya, siapa pemilik jiwa yang paling bahagia saat ini, maka kau
adalah jawabnya.
Hari
ini ketika kau saksikan bocah-bocahmu berubah menjadi sang pengusaha yang
dermawan, pemimpin negeri yang adil dan bijaksana, relawan yang berani dan
berkorban, serta pengajar yang sabar dan tangguh, maka engkaulah yang paling
bahagia, karena engkaulah pemula sejarah lahirnya mereka, engkaulah
pencetaknya, mengukir bentuk mereka hingga menjadi rupawan.
Terima
kasih Bapak dan Ibu guru, terima kasih telah mengantarkan kami sejauh ini,
menggapai cita dan asa. Seperti Bapak dan Ibu kami yang tak bisa terbalaskan
jasanya, begitu pula engkau wahai Bapak dan Ibu guru. Semoga keberkahan selalu
mengiringimu wahai pahlawan tanpa tanda jasa.
SELAMAT
HARI GURU ^_^
02 September, 2012
Senjaku
aku tak tahu sejak kapan aku mulai mencintai senja. indah sinarnya tak mampu aku elakkan. senjaku mugkin tak sehebat mentari pagi yang menghangatkan segala raya, tapi jingga cahayanya begitu memukau. senjaku juga mungin tak sehebat gagahnya matahari siang yang bertahan lama di langit sana, dia hanya sebentar menemuiku, tapi romannya buatku larut. senjaku juga tidak seperti bintang yang semalaman menemani kekasihnya tidur, dia hanya sekedar mengantarkan malamku dengan ketenangan.
21 Agustus, 2012
Siapa Aku??
Siapa aku???
Mengapa Kau masih
saja dekat dengan ku???
Bukankah aku sudah sering berkhianat denganMu???
Tiap hari, tiap jam, tiap menit, bahkan tiap detik mungkin
saja kemunafikan yang ku berikan
Tapi mengapa Engkau masih saja tak jemu memasuki lorong
kehidupanku
Yang gelap lagi sunyi..
aku saja bahkan enggan tuk memasukinya
siapa aku bagiMu?
Kau tahu segalanya tentang aku
Sedang sedikit sekali ku tahu tentangMu
Siapa aku?
Berani berjalan di negeriMu
Tanpa sekalipun pernah meminta izin untuk menumpanginya
Siapa aku bagiMu?
Bolehkah aku merindu untukMu?
Langganan:
Postingan (Atom)