24 November, 2012

Jalan Ilmu



“Ini adalah jalanku, jalan yang telah kupilih dan dipilihkan Allah untukku”

Membiarkan pensil mengisi bulatan lingkaran di kertas formulir SPMB itu bukan 100% atas keinginan saya. Tapi tak pernah saya menyangka dia akan mengantarkan saya cukup jauh. saya telah sampai sejauh ini.

Masih ingat ketika hari-hari pertama memasuki kuliah, bahkan pertanyaan ini masih saja saya dapatkan pada saat siklus terakhir di coass, “Masuk FK atas keinginan sendiri atau karena orang tua?”. Sering kali saya mendengar sebagian teman-teman menjawab dengan mudah dan tegas “atas keinginan sendiri”. Dengan kata lain mereka akan menjalani kehidupan kuliah dengan penuh keikhlasan, perjuangan, dan tanggung jawab nantinya. Beruntung sekali mereka pikirku, menjalani sebuah pilihan yang nyata akan keinginannya sendiri. Namun sebagian lain menjawab dengan nada setengah bersemangat karena pilihan ini ataginan orang tua mereka. Tetapi lain halnya dengan saya. saya tak menemukan jawaban yang bisa saya pilih karena memang tak ada optionnya disana sehingga saya lebih sering memilih diam ketika ditanya.

Menjadi seorang dokter bukan keinginan saya. Hari-hari saya lewati dengan membayangkan akan kuliah di ITB. Namun semua mimpi nyatanya kemudian harus saya lipat dan simpan jauh-jauh. saya tidak diizinkan sama sekali untuk kuliah di luar Padang. Semangat pun menghilang bersama bayangan dan harapan-harapan tentang ITB. Buku catatan hanya sekedar dilihat tanpa mencoba membaca tuk belajar. Untung saja Allah segera menyadarkan sikap saya yang bodoh. saya pun kembali kepada kesadaran penuh. Masih ada harapan pastinya. Berharap tiba-tiba orang tua saya akan mengizinkan saya kuliah disana, dengan demikian berarti saya harus tetap belajar tentunya. Apapun yang akan dipilih nanti, nilainya harus baik sehingga saya bisa memilih jurusan apapun nanti. Ya,,intinya adalah belajar. Walaupun akhirnya bujuk dan rayu yang saya keluarkan kali ini sama sekali tidak berhasil. 

Jadi jelas jurusan pendidikan dokter ini bukanlah atas keinginanku. Lalu, apakah dokter itu adalah keinginan orang tuaku, seperti kebanyakan orang tua yang menuntut anaknya untuk kuliah di kedokteran sebagai prestise dan sejenisnya? Jawabannya juga bukan. Baik mama ataupun papa serta orang lain tidak pernah mengintervensi tentang bagaimana aku harus belajar, di jurusan apa aku harus kuliah nanti dan apa profesi yang akan ku jalani. Mereka memberikan aku kebebasan. Bahkan aku sama sekali tidak pernah melihat orang tua ku masuk ke kamar untuk menanyakan apakah aku sudah belajar. Mereka sangat mempercayai anak-anaknya sepertinya. Walau sekali-kali ataupun berulang-ulang kali waktu di kamar aku habiskan dengan hal-hal lain yang tidak ada hubungannya secara langsung dengan akademik. 
Bagi anak seusiaku ini cukup menggalaukan. Akhirnya beberapa bisikkan teman-teman mengarahkan aku. “pilih FK Unand saja, Insyaallah bisa lulus, untuk belajar dan ilmu selama ini”. Akhirnya lewat istikharah aku memutuskan memilih FK Unand dan Farmasi Unand sebagai pilihan pertama dan kedua. Ini bukan keinginanku ataupun keinginan orang tua ku. Ini adalah jalan yang diberikan Allah kepadaku. Pilihan ini pun adalah atas kehendak dan izin Allah. Alhamdulillah aku pun lulus di FK Unand. Aku yakin bahwa inilah yang terbaik. Boleh jadi kita tidak menyukai sesuatu padahal itu baik untuk kita.

Realnya ini bukan paksaan siapa-siapa. Aku masih iri dengan teman-teman yang lulus di ITB ataupun Universitas lain di luar sana. Masih berharap seandainya-seandainya. Namun bukan saatnya mengandaikan segala sesuatu. Banyak angan hanya akan membuatmu larut dan melupakan tanggung jawab yang harus kamu lakukan. Kini aku seorang mahasiswa yang tengah duduk menuntut ilmu di fakultas kedokteran. Ini kini adalah jalanku, walaupun bukan jalan pertama yang kupilih. Tapi apakah sebagai orang yang berpendidikan, diajarkan agama, aku harus merelakan diriku berbalik arah dari jalan yang sudah tertempuh. Menyia-nyiakan waktu untuk bermalas-malasan, atau bersikap membangkang karena berada pada tempat yang tidak ku sukai. Bukan saatnya. Ini adalah saatnya berjuang untuk melakukan yang terbaik. Point of no return... tidak ada kata lain selain terus maju. Tidak ada pilihan mundur pada saat mengambil pilihan.

Aku akan menjadi seorang dokter yang mempunyai tanggung jawab besar. Pekerjaan ku berhadapan dengan manusia bukan benda mati. Orang tua hanya berharap anaknya menjadi anak yang sukses, dapat dibanggakannya. Tak banyak pinta mereka selain melihat anaknya berada pada garis kesuksesan yang telah mereka usahakan dengan kerja keras mereka. Tentu saja bagi orang yang menjalani pendidikan belajar adalah salah satu caranya. Belajarlah..karena karenanya kita tahu, kemudian mengamalkannya, dan bisa mengajarkannya.

Pre klinik selesai. Saatnya memasuki dunia coass. “welcome to the jungle” begitu sambutan untuk kami yang baru saja tersenyum dengan keberhasilan kami menamatkan pre klinik, mengganti baju dengan seragam putih-putih khas coass Unand. Dunia pun berbeda. Katanya di coass lah, bagi mereka yang benar-benar memilih dokter dengan keinginannya akan sukses menjalaninya karena mereka menyenanginya, ikhlas. Namun bagi yang terpaksa maka ini akan semakin berat. Lalu bagimana lagi dengan posisi ku? Ini bukan keinginanku dan bukan pula suatu keterpaksaan. Apakah aku akan menjadi manusia pertengahan yang tak punya jawaban??

Aku kemudian mencoba dan menikmati segala sisi kehidupan coass yang kutemukan. Walaupun di siklus pertama aku hampir saja membayangkan kesuraman masa depan. Aku nyaris menyerah, tak akan bisa menembus 13 siklus ini dengan baik. Harapanku perlahan-lahan akan habis sebelum sampai di penghujung jalan. Ada istilah "sisiak" di dunia percoassan. sebuah istilah yang sejak awal sudah aku dan beberapa temanku tidak mau meyakininya. salah-salah dia bisa menjadi perbuatan sirik. Namun aku sempat berpikir, jika kita belajar waktu di pre klinik, kita bisa memperkirakan berapa nilai yang akan kita dapatkan di akhir blok nanti. tapi di coass semua nilai itu seperti tertutup awan gelap, sulit kali memprediksikan setiap kejadiannya. sehingga istilah "sisiak" itu pun muncul. jika kita beruntung, kita akan mendapatkan nilai yang baik, jika sisiak buruk, maka kita harus bersiap menerima kenyataan harus mengulang walaupun secara kenyataan ego kita berkata tidaklah seharusnya seperti itu. Namun pernyataan itu akhirnya aku patahkan sendiri karena tidak sepenuhnya benar. Tetap man jadda wa jada, siapa yang bersungguh-sungguh dia akan mendapatkan. 

Sudah mau jadi dokter. Jalanpun masih dipersimpangan. Setelah jadi dokter mau jadi apa? Hidup tak ada habis-habisnya untuk memilih. PPDS, akademisi, atau struktural, atau malah beralih profesi? Kalau ditanyakan kepadaku, mau jadi spesialis apa, maka aku belum punya jawaban yang pasti. Beberapa faktor cukup menjadi pertimbangan bagi kami para kaum wanita. Namun yang pasti, alasan ku memilih jalan menjadi spesialis, melanjutkan kuliah, dan pendidikan lainnya hanyalah untuk mendapatkan dan mendalami ilmunya sehingga menjadi insan yang lebih bermanfaat. Jalan ini kami pilih agar menjadi orang yang berilmu yang semoga Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu. Dan semoga ilmu ini bermanfaat sehingga bisa menjadi amal jariyah kami kelak.

Aku tak akan membiarkan diri kembali dengan memorinya yang mendiktekan bahwa ini bukan jalan yang ku pilih. Hingga tak akan lagi ada pikiran bermalas-malasan atau asal-asalan dengan amanah. Karena terlalu sia-sia waktu yang aku habisi. Dan apapun pilihan kita nantinya, jadilah yang terbaik atasnya. Karena itulah jalan yang telah kita pilih dan dipilihkan oleh Allah untuk kita InsyaAllah. Tinggal bagaimana kita melakukan perjalanan dengan jalan tersebut. Bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, keluarga, masyarakat, bangsa, dan yang terpenting untuk Islam. Karena tujuan kita tetap ridho Allah SWT.  

Fase mencari ilmu adalah fase yang sangat sulit dan berat. Simpul-simpul kesabaran akan terputus sebelum meraihnya. Tekad baja manusia akan pecah dihadapannya. Yang berhasil melewatinya hanyalah orang-orang besar lagi berjiwa pahlawan, dari kalangan penggila ilmu, yang dapat merasakan kelezatannya dan yang bertekad bulat meraihnya, walaupun demi hal itu ia harus menghadapi berbagai rintangan.
 
Wallahu’alam.

3 komentar:

  1. baru tau aku kalau kamu ternyata gak menginginkan fk dr awal

    BalasHapus
  2. ha...ha..iya..."Point of no return"..jalani n syukuri nikmat serta rezki yg sdh didapatkan

    BalasHapus
  3. Dari sinilah saya selalu mencari informasi dari beberapa teman dan sahabat saya untuk memberikan masukan serta arahah agar aku bisa kuliah di fakultas kedokteran. Akhirnya saya diberikan Salah satu teman dari teman saya memberikan Saya NOMOR HP untuk saya Hubungi, hingga saya langsung menghubungi No HP tersebut, aku menelepon No HP itu sebanyak 2 kali baru bisa terjawab, akhirnya saya berbicara dan menyampaikan keluhan saya selama ini.

    Dia merespon pembicaraan saya dan saya diberi petunjuk Untuk mengikuti 1 kali tes lagi, tapi bukan melalui jalur SNMPTN dan alur kerjasama. Penyampainyannya begini kalau memang adik mau saya bantu dengan janji kelulusan, maka saya akan bantu, tapi dengan 1 catatan adik harus menuruti apa yang akan nantinya saya arahkan, DAN SAYA JAWAB IYA SAYA SIAP, akhirnya dia menyuruh saya UNTUK MENGIKUTI JALUR NONSUBSIDI. Dan Saya jawab bukankah melalui jalur itu harus membayar terlalu banyak, katanya YA benar yang adik bilang, bahkan bisa sampai membayar ratusan juta. Tetapi adik tidak usah khawatir, saya bisa meluluskan adik dengan pembayaran hanya sebesar Rp. 20.000.000, saya menjawab bukankah biaya itu sangat sedikit, untuk jalur nonsubsidi, Ya adik memang benar apa yang adik bilang,

    Dan saya jawab kalau biaya segitu pastinya saya sangat mau. Singkat cerita, hingga akhirnya berkat dia saya dinyatakan LULUS fakultas kedokteran UI yang saya idamkan. Dan itu menjadi rasa syukur yang amat mendalam bagi saya.

    Dan darisinilah saya mengetahui kalau orang yang membantu saya hingga LULUS, adalah PEJABAT DIKTI DARI PUSAT, Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Pendidikan Tinggi yang membidangi bagian kemahasiswaan.

    Dia Adalah Kepala Subdirektorat Kemahasiswaan.

    Bpk Dr. Widyo Winarso
    Ini No Hp-nya 0857-5619-0157.

    Anda mau seperti saya yang bisa kuliah di fakultas kedokteran, langsung saja m'hubungi No hp Bpk Dr. Widyo Winarso, Semoga beliau bisa membantu kelulusan anda seperti beliau meluluskan saya dengan hanya mengeluarkan biaya sebesar 20 juta saja.

    Semoga bermanfaat.

    BalasHapus